Dalam proses mounting, tentu tidak selalu berjalan mulus. Ada saja hal yang membuat hasil mountingan jadi tidak sempurna. Mengapa tidak boleh tidak sempurna?. Bisa dikatakan, mounting adalah bagian terpenting didalam pre-press. Sedikit kesalahan, maka itu bisa berlanjut hingga jadinya sebuah produk, bahkan ada yang sampai sudah diterima klien dan diretur akibat kerusakan.
Beberapa masalah dibawah ini sangat sering terjadi pada saat proses mounting. Tetapi saya hanya menjelaskan satu per-satu tentang kenapa bisa terjadi dan bagimana solusinya.
1. Mountingan lari
Hasil mounting atau biasa disebut mounting-an adalah lembar mounting itu sendiri. Lari adalah kata kerja yang berarti seseorang telah melangkah dengan kecepatan tinggi. Tapi, kenyataannya didalam industri grafika, lari adalah keadaan dimana film tidak register.
Register sendiri adalah suatu keadaan dimana warna satu dengan lainnya bertemu dengan sempurna. Film yang terdiri dari 4 warna lebih sering mengalami tidak register dari pada film b/w. Terjadi karena pergeseran astralon saat proses mounting. Bisa juga karena memang kurangnya konsentrasi saat melakukan mounting.
Untuk solusinya sendiri, adalah meregisterkan kembali film yang lari. Biasanya jika larinya hanya satu rambut atau kurang dari setengah mm, maka tidak diapa-apakan, namun jika sudah sampai 2 rambut harus dibenahi. Ini karena terkadang ada suatu cetakan yang designnya terdiri dari warna blok. Bila tidak diberi miss-print maka cetakan akan lari. Batas maksimalnya pemberian miss-print untuk cetak offset adalah 0,3 mm.
2. Film tergores cutter
Benda tajam seperti cutter sering kali menjadi penyebab utama tergoresnya film. Film grafika adalah film yang pada bagian tak terbacanya memiliki lapisan peka cahaya. Jika film itu digores, maka akan timbul baret. Atau seperti bekas luka pada kulit. Kadang saat proses pemotongan film hal ini sering terjadi. Atau saat selesai mounting, pisau cutter masih menyala. Untuk itu meja mounting seharusnya bebas cutter saat melakukan mounting.
Solusinya, pada bagian blok bisa diakali dengan rapido atau spidol permanen. Sedangkan untuk bagian raster, apabila sangat halus maka tidak bisa ditotol dengan rapido dan bila raster diatas 30 persen maka dilakukan totol atau tursir. Yaitu menambal bagian yang tergores/bolong.
3. Film terbalik
Pada proses mounting, film disemprot dengan spaymount pada bagian terbaca. Namun terkadang karena kelalaian atau kelelahan, bisa saja film disemprot pada bagian tidak terbaca sehingga saat dipasang di lembar mounting dalam posisi terbaca.
Nanti hasilnya adalah pada cetakan berjenis publisher akan ditemui halaman yang mirror. Yaitu berbayangan cermin terbalik. Dan ini merupakan kesalahan fatal dalam proses mounting.
Solusinya, harus memperbaiki mountingan dan meneliti lagi apakah hasil mounting sudah benar (tidak ada yang terbalik) atau tidak.
0 Response to "Masalah yang sering terjadi saat proses mounting manual"
Post a Comment